Alamat Redaksi:
Ciwidey Pertengahan Kav. Kebun 9 No. 79,
Kelurahan Hajarsari, Kecamatan Bandung Utara
Kota Bandung
Jawa Barat
Ciwidey Pertengahan Kav. Kebun 9 No. 79,
Kelurahan Hajarsari, Kecamatan Bandung Utara
Kota Bandung
Jawa Barat
Di artikel ini kita akan membahasa tentang doa minum air zamzam dan tata cara serta adab agar kamu meraih manfaat dan keberkahan dari minum air zamzam ini. Para ahli sudah banyak yang meneliti manfaat dan khasiat air zamzam yang banyak memiliki kandungan zat yang bermanfaat untuk kesehatan dan obat bagi kesembuhan penyakit, tentunya dengan izin Allah SWT. Dengan kamu mengetahuinya, maka saat berkesempatan meminum air zamzam, baik langsung di tanah suci Mekkah dan Madinah, atau saat mencicipi oleh-oleh air zamzam, kamu tidak lupa untuk berdoa.
Selain itu, sejarah air dan sumur zamzam sendiri banyak menyimpan cerita yang penuh hikmah dan pelajaran. Yuk kita mulai dari sejarah munculnya air zamzam.
Mungkin sebagian kita sudah pernah mendengar cerita tentang air zamzam ini. Bagaimana asal muasal keluarnya air zamzam, kemudian sempat hilang berabad-abad lamanya, dan kemudian ditemukan kembali. Dalam salah satu riwayat di kitab Shahih Imam Bukhari, dari hadits Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi Ibrahim AS, diperintahkan Allah SWT untuk menempatkan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail di sekitar wilayah Ka’bah. Pada saat itu, tidak ada seorang pun di Mekkah yang tandus, melainkan mereka bertiga.
Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi disana, dan meletakkan kantong berisi kurma dan air sebagai bekal. Beliaupun segera beranjak pergi meninggalkan mereka berdua disana. Siti Hajar pun mengikuti nabi Ibrahim seraya berkata, ”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain disini?”
Nabi Ibrahim AS terus berjalan dan tidak menjawab maupun menoleh ke belakang. Pertanyaan itu diulangi lagi, namun Nabi Ibrahim AS tetap tidak menengok kepada istrinya dan terus berjalan. Sampai akhirnya Siti Hajar berseru kepadaya, ”Apakah Allah SWT yang menyuruhmu melakukan hal ini?”
Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”
Kemudian Siti Hajar berseru: “kalau begitu, Allah SWT tidak akan menyengsarakan kami,” dan Siti Hajar segera bergegas kembali ke tempatnya. Nabi Ibrahim AS terus melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di Tsaniyah jalan bebukitan, arah jalan ke Kada’, nabi Ibrahim AS memastikan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, maka nabi Ibrahim menghadapkan wajahnya ke Baitullah dan mengangkat kedua tangannya memanjatkan doa kepada tuhannya:
{ رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡـِٔدَةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ }
(QS Ibrâhîm 14:37)
Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Tidak terlalu lama, air persediaan dari kantong air yang ditinggalkan nabi Ibrahim pun mulai menipis. Pada akhirnya persediaan air itupun habis. Berdua mulai kehausan di tengah tanah tandus tanpa terlihat seorangpun disana, Siti Hajar mulai cemas melihat Ismail yang kehausan dan menangis. Siti Hajar pun mulai ikhtiyar mencari sumber air di sekitar daerah tandus itu. Pergilah Siti Hajar menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa dan berdiri di atasnya. Pandanganya diarahkan ke lembah sekelilingnya, melihat apakah ada orang disana. Namun, ternyata tidak ada.
Siti Hajar pun turun dari bukit itu menuruni lembah dan sampai ke bukit Marwa. Berdiri diatasnya dan memandang sekeliling apakah ada manusia disana? Namun, ternyata tidak ada juga. Siti Hajar kembali menuruni bukit itu dan kembali naik ke bukit Shafa, demikian terus dilakukannya sampai sebanyak tujuh kali.
Kembali ke tempat Ismail ditinggalkannya sebelumnya, betapa terkejutnya Siti Hajar melihat ada air terpancar dari bawah kaki Ismail. Cepat-cepat air yang mengalir itu ditampungnya dan diminumkan ke anaknya Ismail.
Beberapa saat kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun ke lembah Mekkah. Mereka kesana karena melihat burung-burung yang berputar-putar diatasnya. Mereka saling berkata, ”Kebiasaan burung-burung ini berputar-putar di sekitar sumber air. Dan kami yakin bahwa di lembah ini ada sumber air,” lalu mereka mengirim utusan dan ternyata benar mereka mendapatkan air. Lalu utusan itupun kembali dan memberitahukan kepada kabilah yang mengutusnya tentang adanya air di lembah Mekkah. Merekapun kemudian mendatangi dan meminta izin dari Siti Hajar untuk singgah disana. Siti Hajar mengijinkan dan mempersilahkan dengan syarat, bahwa mereka tidak memiliki hak atas sumber air tersebut. Maka kabilah Jurhum pun setuju.
Pada saat Abdul Muthalib sedang tidur di Hijr Ismail, beliau mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah.
“Galilah thayyibah (yang baik)!”
“Yang baik yang mana?” tanya Abdul Muthalib dan kemudian beliau terbangun.
Keesokan harinya, beliau kembali tidur di tempat yang sama, beliau mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali barrah (yang baik).
Lalu beliau bertanya, ”Benda yang baik mana?” Lalu beliau terbangun dan pergi.
Besoknya lagi, beliau tidur di tempat yang sama lagi di Hijr Ismail. Kembali beliau mendengar suara yang sama, kali ini menyuruhnya untuk menggali madhmunah (sesuatu yang berharga). Beliau bertanya, “Benda yang baik yang mana?”
Pada akhirnya di hari keempat dikatakan kepadanya: “Galilah Zam Zam!”
Beliau bertanya, ”Apa itu Zam Zam?”
Lalu Abdul Muthalib mendapat jawaban atas pertanyaannya: “Air yang tidak kering dan tidak meluap, yang dengannya engkau memberi minum para jamaah haji. Lalu dia terletak di antara tahi binatang dan darah. Berada di patukan burung gagak hitam, dan berada di sarang semut.
Sesaat Abdul Muthalib kebingungan dengan lokasi tersebut, pada akhirnya ia mendapat kejelasan dengan melihat kejadian yang diisyaratkan kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.
Orang-orang Quraisy pun penasaran apa yang sedang dikerjakan Abdul Muthalib disana dan bertanya kepadanya, ”Apa yang engkau kerjakan, wahai Abdul Muthalib?”
Lalu beliau menjawab, ”Aku diperintahkan untuk menggali sumur air zam-zam, ”Akhirnya ia dibantu anaknya, Harits, berhasil mendapatkan apa yang diisyaratkan di dalam mimpinya, menggali kembali sumur zam zam yang telah lama dikubur dengan sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah.
Dari penjelasan Rasulullah SAW dan para ulama terdahulu kita mengetahui, bahwa minum air zam-zam banyak memiliki keistimewaan dan memberi keberkahan. Di antara dalil-dalil yang banyak menunjukkan khasiat air zam-zam dapat kita sebut sebagai berikut:
(عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ (أخرجه أحمد وابن ماجه
“Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda, ”Air Zamzam, tergantung niat orang yang meminumnya.”
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله ِصَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاءُ زَمْزَمَ لمِاَ شُرِبَ لَهُ إِنْ شَرِبْتَهُ تَسْتَشْفِي شَفاَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِشَبْعِكَ أَشْبَعَكَ الله ُوَإِنْ شَرِبْتَهُ لِقَطْعِ ظَمْئِكَ قَطَعَهُ اللهُ وَهِيَ هَزْمَةُ جِبْرَائِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَسُقْيَا اللهِ إسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ
(رواه الدارقطني والحاكم وقال صحيح الإسناد)
“Dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Air zam-zam sesuai dengan niat ketika meninumnya. Bila Engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air zam-zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail.”
وَعَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ
(رواه الطبراني في الكبير)
“Dari Abi Thafail, dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ”Kami menyebutkan air zam-zam dengan syuba’ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air zam-zam adalaha sebaik-baiknya pertolongan (kebutuhan atas kemiskinan”. Hadist Riwayat Tabrani.
(إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا بِسِجِلٍّ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ فَشَرِبَ مِنْهُ وَتَوَضَّأ (واه أحمد
“Dari Usamah, bahwasanya Rasullulah SAW meminta untuk didatangkan segantan air zam-zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya”. Hadist Riwayat Ahmad.
Ibnu taimiyyah berkata, “Seseorang disunnahkan untuk meminum air zam-zam sampai benar-benar kenyang dan berdoa saat minum air zam zam dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengan (menggunakan air zam-zam).”
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ الله – صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامُ الطَّعْمِ، وَشِفَاءُ السَّقْمِ”،
“Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya air yang berada di muka bumi adalah zam-zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.”
Abu Dzar al Ghifari juga berkata, ”Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air zam-zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.”
: كُنْتُ أُجَالِسُ ابْنَ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ فَأَخَذَتْنِيْ الحْمُىَ فَقَالَ أَبْرِدْهَا عَنْكَ بِمَاءِ زَمْزَمَ فإَِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ( الْحُمَى مِنْ فيَحْ ِجَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوهَا بِالْمَاءِ أَوْ قاَلَ بِمَاءِ زَمْزَمَ ) .
“Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba’i, ia berkata: “Aku duduk bersana Ibnu ‘Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu ‘Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air zam-zam, karena Nabi SAW mengatakan, bahwa sesungguhnya deman adalah dari panas neraka jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air zam-zam”
Ibnul Qayyim pernah berkata, ”Aku dan selain diriku telah banyak mengalami perkara yang luar biasa tatkala berobat dengan air zam-zam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan seseorang yang telah menjadikan air zam-zam sebagai makanannya selama beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Beliau tidak mendapatkan rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Beliau telah memberitahukan kepadaku bahwa ia terkadang seperti itu selama empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima’ berpuasa dan melaksanakan thawaf.”
Sebagaimana banyak diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa air zam-zam memiliki banyak manfaat yang tergantung dari doa dan hajat orang yang meminumnya. Dari sini para ulama terdahulu menarik kesimpulan bahwa doa yang dibaca saat meminum air zam-zam adalah doa yang mustajab.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ماء زمزم لما شرب له
“Air zam-zam tergantung orang yang meminumnnya.” Hadits Riwayat Ahmad, Al Hakim dan Ad Daruquthiny dari Ibnu ‘Abbas, juga diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir.
Ada doa yang dipraktekkan oleh Ibnu Abbas, namun ini bukan perkataan Nabi. Ia berdoa sambil minum air zam-zam:
اللهم إني أسألك علماً نافعاً، ورزقاً واسعاً، وشفاءً من كل داء
Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqan waasi’an wa syifa’an min kulli daa-in.
“Ya Allah sesungguhnya aku mohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas dan kesembuhan dari segala macam penyakit.”
Doa ini juga sering dibaca oleh kaum Muslim setelah shalat fardhu.
Pada intinya, adab dan tata cara minum air zamzam:
Air zamzam merupakan keistimewaan bagi umat muslim sampai akhir zaman. Semoga Allah memberikan kesembuhan dari tiap penyakit bagi yang berikhtiyar kesembuhan sakitnya dengan meminum air suci zamzam.